Nutrisi untuk Ibu yang Membantu Pemulihan dan Proses Menyusui
Ditinjau oleh: dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp. A
Kebutuhan nutrisi untuk ibu menyusui tentunya berbeda dengan yang tidak. Pada umumnya, ibu menyusui membutuhkan lebih banyak kalori untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Direkomendasikan tambahan 450 hingga 500 kilo kalori (kkal) dari kebutuhan sebelum hamil, yang sekitar 2.000-2.300 kkal per hari. Jumlah kalori tambahan ini dipengaruhi oleh umur, indeks massa tubuh, tingkat aktivitas dan tingkat pemberian ASI, apakah ASI eksklusif atau susu formula.
Batasi makanan tertentu
Bagi ibu menyusui, tidak ada larangan atau pantangan dalam mengkonsumsi makanan, asalkan tidak memiliki alergi, ibu menyusui boleh makan apa saja. Meski demikian, konsumsi makanan tertentu tetap perlu dibatasi.
Kafein
Misalnya kafein yang terdapat pada kopi, teh, soda, minuman berenergi dan coklat. Karena konsumsi kafein yang berlebihan bisa menyebabkan bayi rewel. Pada bayi baru lahir dan prematur memecah kafein sangat lambat sehingga ibu perlu mempertimbangkan untuk mengurangi konsumsinya.
Ikan
Tak hanya kafein, ibu menyusui juga sebagainya berhati-hati dalam mengkonsumsi ikan, terutama ikan laut dalam. Sekalipun mengandung vitamin dan mineral penting, banyak ikan dan makanan laut lainnya yang mengandung merkuri, yang dapat terkonsumsi oleh bayi melalui ASI. Efek merkuri bisa mempengaruhi otak dan sistem saraf bayi yang disusui. Sebaiknya pilih ikan tawar, seperti bandeng, mas, dan sebagainya.
Konsumsi makanan yang variatif dan kaya rasa
Selain itu, sebaiknya ibu menyusui juga mengonsumsi makanan yang variatif dan kaya rasa. Sebagai informasi, bayi sudah memiliki daya pengecap sejak dalam kandungan dan dapat merasakan air ketuban ibu. Ketika lahir, bayi mendapatkan ASI, yang kaya rasa mulai dari rasa manis, asin, gurih, pahit, bahkan pedas. Karena itu, pada ibu hamil, penting untuk mengonsumsi makanan yang tidak hanya bernutrisi tinggi tapi juga kaya rasa karena erat kaitannya dengan indera perasa dan pengecap bayi. Bayi yang kurang terpapar makanan yang kaya rasa berisiko menjadi picky eater. Pasalnya, jika ibu tidak makan satu makanan atau rasa tertentu, maka si bayi tidak mengenal rasa tersebut.