Mengenal dan Mengantisipasi Preeklampsia pada Ibu Hamil
Ditinjau oleh: dr. Febriyan Nicholas K., Sp.OG, M. Kes
Preeklampsia adalah komplikasi persalinan yang berisiko dialami ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi.
Pada ibu yang mengalami preeklampsia, pembuluh darah pada plasenta tidak berkembang dan tidak berfungsi dengan baik sehingga membatasi aliran darah ke dalam plasenta.
Preeklampsia terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan paling sering muncul setelah usia kehamilan 34 minggu. Setelah melahirkan, preeclampsia bisa hilang setelah persalinan atau bahkan menetap hingga rata-rata 4-6 minggu pasca persalinan atau jarang hingga 12 minggu pasca persalinan. Meskipun jarang, Preeclampsia juga bisa muncul 48 jam setelah persalinan dan pada yang late onset dapat muncul paling lama saat 12 minggu pasca persalinan dari yang pernah dilaporkan, yang dikenal dengan preeclampsia puerperalis.
Kadang Tanpa Gejala
Bunda perlu waspada karena preeklampsia kadang terjadi tanpa gejala, apalagi jika tidak rutin memeriksakan tekanan darah. Oleh karenanya, ibu hamil wajib memeriksakan kandungan dan tekanan darahnya secara rutin.
Sedangkan selain tekanan darah, gejala preeklampsia yang mungkin dirasakan adalah: - Sakit kepala hebat - Gangguan penglihatan seperti buram atau sensitif terhadap cahaya - Proteinuria atau kelebihan kadar protein dalam urine, atau gangguan ginjal lain - Mual atau muntah - Sakit perut atas, biasanya di bawah rusuk kanan - Berkurangnya buang air kecil - Gangguan fungsi hati - Sesak napas karena cairan dalam paru - Berkurangnya kadar platelet dalam darah - Pembengkakan atau penambahan berat badan tiba-tiba, terutama pada tangan dan wajah - Perut terasa sakit, terutama pada sisi kanan
Agar mendapatkan penanganan dini, Bunda sebaiknya segera memeriksakan diri jika mengalami beberapa gejala di atas.
Jika tidak segera ditangani, preeklampsia bisa mengakibatkan komplikasi seperti janin yang tidak berkembang normal, persalinan prematur, dan pecahnya plasenta. Selain itu kondisi ini bisa mengakibatkan kondisi berbahaya lain seperti kejang, stroke, gagal jantung, penumpukan cairan di dada, kebutaan, perdarahan, hingga kematian.
Mengantisipasi Preeklampsia
Untuk dapat mengantisipasinya, Bunda perlu mengenali karakter perempuan yang lebih berisiko mengalami kondisi ini.
Preeklampsia lebih berisiko terjadi pada perempuan yang: - Sebelumnya pernah mengalami preeklampsia - Memiliki riwayat hipertensi kronis atau kondisi lain seperti migrain, diabetes tipe 1 dan 2 - Menjalani kehamilan pertama - Ibu hamil di bawah 17 atau di atas 35 tahun - Mengalami obesitas - Menjalani kehamilan kembar - Memiliki bayi berjarak kurang dari 2 tahun setelah kelahiran sebelumnya, atau 10 tahun setelahnya - Menjalani bayi tabung
Perempuan dengan hipertensi sebaiknya berkonsultasi lebih dulu sebelum merencanakan kehamilan. Selain itu mereka perlu menurunkan berat badan, berhenti merokok, olahraga teratur, serta memantau tekanan darah dan kadar gula.
Selain itu dokter mungkin akan menyarankan perempuan yang berisiko untuk mengonsumsi aspirin dalam dosis rendah dan suplemen kalsium.
Sementara jika baru terdeteksi saat hamil, ibu yang mengalami preeklampsia dalam tahap ringan akan disarankan untuk beristirahat total di rumah, diberi obat penurun tekanan darah, disarakan untuk terus memantau detak jantung bayi, serta melakukan tes darah dan urine.
Namun hindari mengonsumsi obat atau suplemen apapun tanpa berkonsultasi lebih dulu ke dokter.
Sumber: Mayo Clinic, 2020, Preeclampsia. WebMD, 2019, Preeclampsia.