Mengalami Mom Shaming? Ini yang Dapat Bunda Lakukan

  • Post by Diary Bunda
  • May 27, 2020

Mengalami Mom Shaming?  Ini yang Dapat Bunda Lakukan

Ditinjau oleh: Jane Cindy, M. Psi

Bunda merasa bersalah karena pilihan-pilihan pribadi Bunda dihakimi seseorang lain? Bisa jadi Bunda mengalami mom shaming.

Mom shaming  terjadi ketika ada ibu yang memposisikan diri sebagai ibu yang lebih baik dan mengkritik atau menghakimi cara ibu lain mengerjakan sesuatu. Ini bisa terjadi dalam berbagai topik pembicaraan. Menyusui atau tidak? Mengasuh anak sendiri di rumah atau tetap bekerja di kantor dan anak diasuh oleh neneknya?

Meskipun mungkin komentar orang lain itu adalah untuk menyampaikan nasihat, tetapi banyak ibu kerap menjadi merasa bersalah karena seakan dianggap tidak mampu mengurus anak. Dan sayangnya, pelaku utama mom shaming ini seringkali adalah anggota keluarga sendiri.

Nah ini cara yang dapat dilakukan saat mengalaminya:

Tidak perlu merespons

Saat memberikan jawaban atas komentar tertentu, Bunda bisa jadi akan semakin kelelahan. Maka tidak apa-apa untuk memilih mengabaikan komentar orang lain yang membuat Bunda tidak nyaman. Ini terutama dapat dilakukan untuk komentar-komentar di media sosial.

Fokus ke hal lain

Daripada terus memikirkan apa yang dikatakan orang lain tentang Bunda, lebih baik Bunda fokus melakukan hal lain yang menyenangkan atau kepada hal-hal lain yang memang Bunda perlu lakukan, misalnya bonding dengan anak, menyelesaikan pekerjaan, dsb. Selain menghabiskan energi, memikirkan opini orang lain seringnya belum tentu mendatangkan manfaat.

Jeda sejenak dari media sosial

Saat mengalami mom shaming di media sosial, daripada merespons, baik juga untuk menonaktifkan media sosial sejenak.

Mencoba memahami pelaku

Menurut psikolog, mom shaming dapat menjadi tanda bahwa pelakunya merasa tidak aman dan bersalah, sehingga merasa perlu membenarkan tindakannya. Dengan mencoba memahami ini, Bunda bisa merasa lebih tenang dan tidak perlu merasakan perasaan serupa. Ingat bahwa ada hal yang dapat dikontrol (misal: reaksi kita, apa yang kita pikirkan, dan tindakan kita), namun ada juga hal yang tidak dapat dikontrol (misal: apa yang orang lain katakan terhadap kita, perspektif orang lain, dsb). Dengan memahami hal ini, maka Bunda akan semakin tidak terbebani oleh hal-hal yang memang tidak dapat Bunda kontrol.

Tanggapi dengan humor

Komentar orang tidak harus ditanggapi dengan serius. Justru jika dapat ditanggapi dengan humor, Bunda juga dapat menjadi lebih santai menerima keterbatasan dan kekurangan Bunda sendiri.

Tidak ada ibu yang sempurna

Setiap ibu pasti punya masa-masa buruk. Jika seseorang mengunggah foto-foto indah di media sosial, bukan berarti seluruh hidupnya bahagia. Tidak perlu merasa rendah diri dengan membandingkan diri dengan kehidupan orang lain.

Terima ketidaktahuan orang lain

Pahami bahwa orang lain sering berkomentar tanpa benar-benar tahu kondisi Bunda, bahkan termasuk kerabat sendiri. Jadi tidak perlu juga terlalu mengambil hati komentar orang yang tidak tahu menahu tentang hidup Bunda.

Bunda lebih tahu kondisi anak

Ingat bahwa apapun yang dikatakan orang lain, Bunda paling tahu kondisi Si Kecil dan apa yang lebih tepat untuknya.

Fokus mengembangkan diri

Kepercayaan diri akan membuat Bunda lebih tangguh menghadapi mom shaming. Oleh karenanya penting bagi Bunda untuk fokus mengembangkan diri agar lebih nyaman menjalani hidup. Sebaliknya, Bunda tidak perlu ragu untuk mengonsultasikan diri ke dokter atau psikolog jika memang mengalami gangguan kecemasan hingga depresi.

Hal terpenting, untuk memutus rantai mom shaming, hindari membalas orang yang sudah menghakimi Bunda.

Jika mom shaming yang Bunda alami terasa cukup menyakiti hati dan membuat Bunda merasa rendah diri, Bunda perlu mengambil waktu untuk menyembuhkan diri. Bisa dengan menceritakan masalah Bunda ke orang yang terpercaya atau kepada orang profesional.

Sumber: Psychology Today, 2017, 10 Ways to Deal with Mom-Shaming. Very Well Family, 2019, 10 Dos and Don’ts Every Mom Needs to Know About Mom Shaming.

LATEST POST
  • Post By Diary Bunda
  • Mar 19, 2019
dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp. OG
  • Post By Diary Bunda
  • Mar 19, 2019
dr. Fatimah Hidayati, Sp.A
  • Post By Diary Bunda
  • Mar 19, 2019
dr. Linda Lestari, Sp.OG