Mengenal dan Mengantisipasi Depresi Pasca Persalinan

  • Post by Diary Bunda
  • May 14, 2020

Mengenal dan Mengantisipasi Depresi Pasca Persalinan

Ditinjau oleh: Jane Cindy, M. Psi

Bagi sebagian ibu, masa pasca persalinan bisa menjadi masa yang penuh kecemasan dan ketakutan. Jika berkepanjangan, kecemasan ini bisa menjadi depresi pasca persalinan.

Masa setelah proses persalinan yang biasanya menggembirakan ternyata bisa menjadi masa yang penuh ketakutan dan kecemasan. Sebagian ibu mengalami perubahan mood  yang naik turun, susah tidur, dan susah berkonsentrasi. Kondisi ini umumnya disebut baby blues. Namun jika berlangsung terlalu lama, baby blues bisa menjadi depresi pasca persalinan.

Gejala Depresi Pasca persalinan

Gejala yang dialami ibu yang mengalami depresi pasca persalinan bisa jadi sangat berbeda antara satu ibu dengan lainnya. Namun umumnya mereka yang mengalami depresi mengalami beberapa gejala di bawah ini: - Sering menangis berlebihan - Mudah marah - Menarik diri dari keluarga - Sulit menjalin kedekatan dengan bayi - Cemas sepanjang hari - Mood  sering berubah - Sedih tanpa alasan - Sulit berkonsentrasi - Gangguan nafsu makan - Susah tidur atau sebaliknya, tidur terlalu panjang - Lemas dan lelah sepanjang hari - Khawatir tidak menjadi ibu yang baik - Putus asa - Merasa ingin menyakiti diri atau bayi

Gejala ini tidak hanya dirasakan segera setelah bayi lahir, tetapi bisa juga dialami sejak masa kehamilan (dikenal dengan istilah pre-baby blues syndrome), atau bahkan baru dirasakan setahun setelah bayi lahir. Jika dibiarkan berkepanjangan, gejala ini lama kelamaan bisa terjadi berbulan-bulan dan mempengaruhi hubungan ibu dengan Si Kecil.

Kemungkinan Penyebab

Depresi pasca persalinan dapat disebabkan banyak hal yang mungkin tidak segera terdeteksi. Bisa juga merupakan perpaduan beberapa faktor, antara lain: - Baru mengalami peristiwa besar dalam hidup - Riwayat gangguan kesehatan mental di masa kehamilan ataupun di masa sebelumnya - Hubungan yang kurang baik dengan pasangan & kurang suportifnya pasangan dalam mengurus bayi. - Kurangnya bantuan dalam merawat bayi, sehingga semua hal dilakukan oleh ibu. - Tidak punya teman atau pendukung -Ketidaksiapan ibu secara fisik maupun mental untuk memiliki bayi Selain itu depresi juga lebih berisiko terjadi pada ibu yang lebih dulu mengalami baby blues yang tidak ditangani.

Cara Mengatasi Depresi Pasca persalinan

Depresi pasca persalinan bukanlah sebuah kekurangan atau kelemahan. Ini juga bukan berarti tanda orang tua yang buruk atau gila. Seringkali kondisi ini sekadar komplikasi persalinan yang tidak dapat dicegah atau dihindari. Oleh karenanya ibu yang merasa mengalami kondisi ini tidak perlu takut untuk secepatnya mencari bantuan ke dokter atau psikolog.

Ibu perlu segera mengonsultasikan atau mencari bantuan jika stres tidak mereda lebih dari dua minggu, apalagi jika sudah membuat ibu kesulitan merawat Si Kecil. Jangan menunggu hingga kondisi menjadi bertambah parah.

Selain terapi psikologi, dokter juga dapat memberikan obat antidepresan pada ibu yang mengalami depresi pasca persalinan (ibu harus memastikan untuk mengkonsumsi obat sesuai dengan anjuran dosis dari dokter, dan melakukan follow up secara berkala kepada dokter, agar konsumsi obat tetap terpantau). Namun hindari membeli obat bebas karena dapat berisiko berpengaruh pada ibu, terutama ibu menyusui.

Kondisi baby blues bisa dialami oleh perempuan yang sebelumnya tidak memiliki riwayat gangguan kesehatan mental. Tetapi penting bagi perempuan yang pernah mengalami stres atau depresi untuk mengkonsultasikan lebih awal sebelum persalinan, atau bahkan sebelum hamil.

Dengan penanganan yang tepat, ibu dapat 100% pulih dari depresi dan kembali merawat Si Kecil dengan bahagia.

Sumber: NHS, 2018, Postnatal depression. Mayo Clinic, 2018, Postpartum depression.

LATEST POST
  • Post By Diary Bunda
  • Mar 19, 2019
dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp. OG
  • Post By Diary Bunda
  • Mar 19, 2019
dr. Fatimah Hidayati, Sp.A
  • Post By Diary Bunda
  • Mar 19, 2019
dr. Linda Lestari, Sp.OG